Jumat, 25 April 2014

Cerpen: Sombong Sang Pembawa Petaka



Sombong Sang Pembawa Petaka
            Di sebuah desa hiduplah dua orang anak yang bersahabat sejak mereka masih kecil. Kedua anak tersebut bernama Tono dan Candra. Tono adalah anak yang baik dan rendah hati, sedangkan Candra anaknya agak bandel dan juga agak sombong. Walaupun keduanya memiliki sifat yang agak berbeda namun itu bukanlah halangan bagi keduanya untuk menjalin sebuah persahabatan.
            Ketika ujian kenaikan kelas selesai keduanya merasa senang dan berharap nilai ujian mereka menjadi yang terbaik di kelas 8.2.
            Suatu ketika Candra berkata, “Hai Tono apakah kamu berani jika aku mengajukan sebuah tantangan padamu?”
            Tono pun menjawab, “Tantangan apakah itu?”
            “Baiklah aku akan menjelaskannya padamu, jika nilai ujianmu di bawah nilai ujianku maka kamu harus mentraktir aku dan Budi makan bakso,” kata Candra sambil menyombongkan dirinya.
            “Tapi kenapa harus mengajak Budi?” tanya Tono pada Candra.

            Candra pun langsung menjawab, “Ya hitung-hitung sebagai kejutanlah buat Budi, dia kan mau berlibur ke rumahku besok kalau sudah masa libur panjang, lagian dia kan juga sahabat kita!”
            Tono balik menjawab, “Tapi jika aku yang menang kamu yang harus mentraktir aku dan Budi makan bakso.”
            “Baik siapa takut?” sahut Candra.
            Akhirnya pengumuman telah tiba, dan ternyata dari 31 siswa Tono mendapat rangking 2, sedangkan Candra yang sombong hanya mendapat rangking 9 dari belakang, yang artinya dia mendapat rangking 23. Jadi yang memenangkan tantangan tersebut adalah Tono, dan Candra yang mengajukan tantangan tersebut malah kalah dan harus menanggung malu atas perbuatannya tersebut. Tono pun Langsung menghampiri Candra dan berkata, “Hai Candra, akukan yang menjadi pemenangnya, berarti kamu harus mentraktir aku dan Budi makan bakso.”
            Sambil menahan malu Candra menjawab, “Oke akan kutepati janjiku, tapi Budi datang ke rumahku masih besok Senin, gimana? kamu mau apa tidak menunggu Budi sampi datang ke rumahku dulu.”
            Tono yang penyabar menjawab, “Tidak pa-pa, yang penting kamu harus menepati janjimu.”
            Beberapa hari kemudian Budi datang ke rumah Candra sambil menaiki motor barunya. Tono dan Candra langsung menyambutnya dengan penuh suka ria. Candra mempersilahkan Budi masuk ke rumahnya sembari beristirahat karena cuaca cukup terik. Di dalam rumah Candra yang sejuk mereka bercakap-cakap tentang nilai ujian mereka, dan tak lupa mereka pun juga membicarakan soal tantangan yang diajukan Candra pada Tono. Budi terkejut karena sebelumnya dia tidak diberi tahu oleh Candra tentang tantangan tersebut. Dan akhirnya mereka sepakat akan pergi membeli bakso nanti malam.
            Malam pun telah tiba, Candra dan Budi menunggu kedatangan Tono karena Tono belum datang juga. Beberapa menit kemudian Tono datang ke rumah Candra, mereka bertiga langsung pergi ke kota untuk menepati janji Candra kepada Tono dan Budi, yaitu membelikan bakso untuk Tono dan Budi.
            Setibanya di tempat tujuan yaitu warung bakso milik Pak Bagong, mereka lansung memesan bakso sebanyak tiga mangkuk. Mereka makan bakso sambil menikmati pemandangan Kota yang jarang mereka temukan di desa tempat tinggal mereka.
            “Eh ngomong-ngomong kalian tahu tidak geng motor yang bernama BRT itu?” tanya Candra pada Tono dan Budi yang sedang menikmati bakso mereka.
“Enggak,” jawab Tono dan Budi hampir bersamaan.
“Ah kalian berdua kampungan, habis makan bakso ini gue bakalan nantang mereka balapan,” kata Candra sambil agak menyombongkan kepandaiannya mengendarai sepeda motor pada Tono dan Budi.
“Apa? Tapi kamu kan nggak punya sepeda motorr Can!” jawab Budi.
“Halah Bud, kamu kan punya motor Satria, jadi aku pinjem motor kamu aja,” bantah Candra.
Setelah makan bakso Candra bersiap-siap menantang geng motor BRT.
“Bud aku pinjem motor kamu dulu ya,” kata Candra.
“Baiklah tapi hati-hati Can, dan kalau sampai ada apa-apa sama kamu kami berdua tidak mau tanggung jawab atas keselamatanmu,” sahud Budi.
“Oke siapa takut! Kita lihat aja nanti gue pasti menang, kalian tunggu aja di sini, gue mau berangkat,” kata Candra sambil mengendarai motor Budi.
Dua jam telah berlalu, tapi Candra tak kunjung datang menemui mereka kembali, Tono mulai khawatir pada keselamatan si Candra. Beberapa menit kemudian Budi mendapat SMS dari rumah sakit Fatimah, dan ternyata Candra mengalami kecelakaan yang cukup parah ketika dia sedang balapan. Untung saja geng motor BRT mau membawa Candra ke rumah sakit terdekat, jika tidak nyawa Candra pasti sudah melayang jauh meninggalkan badan Candra. Budi dan Tono langsung pergi menuju rumah sakit Fatimah sambil menghubungi orang tua Candra. Setibanya di rumah sakit ternyata kedua orang tua Candra sudah tiba duluan. Kedua orang tua Candra sangat terpukul atas kejadian yang dialami oleh Candra. Namun nasihat dari Tono ternyata mampu memberi sedikit ketenangan pada hati ibu Candra, dan Tono juga menyarankan agar kedua orang tua Candra tetap sabar dan mendoakan Candra agar cepat sembuh.
Hari demi hari berlalu, keadaan Candra pun mulai membaik. Budi, Tono, dan kedua orang tua Candra bahagia melihat keadaan Candra yang sudah mulai membaik. Mereka juga menasihati Candra agar tidak mengulangi perbuatannya tersebut. Dan Candra juga berjanji dia tidak akan mengulangi perbuatanya tersebut. Setelah kejadian itu Candra tidak berani lagi untuk menantang orang lain agar mau balapan dengannya.

Pengarang       : Abad Ashari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar