Sombong Sang Pembawa Petaka
Di
sebuah desa hiduplah dua orang anak yang bersahabat sejak mereka masih kecil.
Kedua anak tersebut bernama Tono dan Candra. Tono adalah anak yang baik dan
rendah hati, sedangkan Candra anaknya agak bandel dan juga agak sombong. Walaupun
keduanya memiliki sifat yang agak berbeda namun itu bukanlah halangan bagi
keduanya untuk menjalin sebuah persahabatan.
Ketika ujian kenaikan kelas selesai
keduanya merasa senang dan berharap nilai ujian mereka menjadi yang terbaik di
kelas 8.2.
Suatu ketika Candra berkata, “Hai
Tono apakah kamu berani jika aku mengajukan sebuah tantangan padamu?”
Tono pun menjawab, “Tantangan apakah
itu?”
“Baiklah aku akan menjelaskannya
padamu, jika nilai ujianmu di bawah nilai ujianku maka kamu harus mentraktir
aku dan Budi makan bakso,” kata Candra sambil menyombongkan dirinya.
“Tapi kenapa harus mengajak Budi?”
tanya Tono pada Candra.
Candra pun langsung menjawab, “Ya
hitung-hitung sebagai kejutanlah buat Budi, dia kan mau berlibur ke rumahku
besok kalau sudah masa libur panjang, lagian dia kan juga sahabat kita!”
Tono balik menjawab, “Tapi jika aku
yang menang kamu yang harus mentraktir aku dan Budi makan bakso.”
“Baik siapa takut?” sahut Candra.
Akhirnya pengumuman telah tiba, dan
ternyata dari 31 siswa Tono mendapat rangking 2, sedangkan Candra yang sombong
hanya mendapat rangking 9 dari belakang, yang artinya dia mendapat rangking 23.
Jadi yang memenangkan tantangan tersebut adalah Tono, dan Candra yang
mengajukan tantangan tersebut malah kalah dan harus menanggung malu atas
perbuatannya tersebut. Tono pun Langsung menghampiri Candra dan berkata, “Hai
Candra, akukan yang menjadi pemenangnya, berarti kamu harus mentraktir aku dan
Budi makan bakso.”
Sambil menahan malu Candra menjawab,
“Oke akan kutepati janjiku, tapi Budi datang ke rumahku masih besok Senin,
gimana? kamu mau apa tidak menunggu Budi sampi datang ke rumahku dulu.”
Tono yang penyabar menjawab, “Tidak
pa-pa, yang penting kamu harus menepati janjimu.”
Beberapa hari kemudian Budi datang
ke rumah Candra sambil menaiki motor barunya. Tono dan Candra langsung
menyambutnya dengan penuh suka ria. Candra mempersilahkan Budi masuk ke
rumahnya sembari beristirahat karena cuaca cukup terik. Di dalam rumah Candra yang
sejuk mereka bercakap-cakap tentang nilai ujian mereka, dan tak lupa mereka pun
juga membicarakan soal tantangan yang diajukan Candra pada Tono. Budi terkejut
karena sebelumnya dia tidak diberi tahu oleh Candra tentang tantangan tersebut.
Dan akhirnya mereka sepakat akan pergi membeli bakso nanti malam.
Malam pun telah tiba, Candra dan
Budi menunggu kedatangan Tono karena Tono belum datang juga. Beberapa menit
kemudian Tono datang ke rumah Candra, mereka bertiga langsung pergi ke kota
untuk menepati janji Candra kepada Tono dan Budi, yaitu membelikan bakso untuk
Tono dan Budi.
Setibanya di tempat tujuan yaitu
warung bakso milik Pak Bagong, mereka lansung memesan bakso sebanyak tiga
mangkuk. Mereka makan bakso sambil menikmati pemandangan Kota yang jarang
mereka temukan di desa tempat tinggal mereka.
“Eh ngomong-ngomong kalian tahu
tidak geng motor yang bernama BRT itu?” tanya Candra pada Tono dan Budi yang
sedang menikmati bakso mereka.
“Enggak,” jawab Tono dan Budi hampir bersamaan.
“Ah kalian berdua kampungan, habis makan bakso ini gue bakalan
nantang mereka balapan,” kata Candra sambil agak menyombongkan kepandaiannya
mengendarai sepeda motor pada Tono dan Budi.
“Apa? Tapi kamu kan nggak punya sepeda motorr Can!” jawab Budi.
“Halah Bud, kamu kan punya motor Satria, jadi aku pinjem motor
kamu aja,” bantah Candra.
Setelah makan bakso Candra bersiap-siap menantang geng motor BRT.
“Bud aku pinjem motor kamu dulu ya,” kata Candra.
“Baiklah tapi hati-hati Can, dan kalau sampai ada apa-apa sama
kamu kami berdua tidak mau tanggung jawab atas keselamatanmu,” sahud Budi.
“Oke siapa takut! Kita lihat aja nanti gue pasti menang, kalian
tunggu aja di sini, gue mau berangkat,” kata Candra sambil mengendarai motor
Budi.
Dua jam telah berlalu, tapi Candra tak kunjung datang menemui
mereka kembali, Tono mulai khawatir pada keselamatan si Candra. Beberapa menit
kemudian Budi mendapat SMS dari rumah sakit Fatimah, dan ternyata Candra
mengalami kecelakaan yang cukup parah ketika dia sedang balapan. Untung saja
geng motor BRT mau membawa Candra ke rumah sakit terdekat, jika tidak nyawa
Candra pasti sudah melayang jauh meninggalkan badan Candra. Budi dan Tono
langsung pergi menuju rumah sakit Fatimah sambil menghubungi orang tua Candra.
Setibanya di rumah sakit ternyata kedua orang tua Candra sudah tiba duluan.
Kedua orang tua Candra sangat terpukul atas kejadian yang dialami oleh Candra.
Namun nasihat dari Tono ternyata mampu memberi sedikit ketenangan pada hati ibu
Candra, dan Tono juga menyarankan agar kedua orang tua Candra tetap sabar dan
mendoakan Candra agar cepat sembuh.
Hari demi hari berlalu, keadaan Candra pun mulai membaik. Budi,
Tono, dan kedua orang tua Candra bahagia melihat keadaan Candra yang sudah
mulai membaik. Mereka juga menasihati Candra agar tidak mengulangi perbuatannya
tersebut. Dan Candra juga berjanji dia tidak akan mengulangi perbuatanya
tersebut. Setelah kejadian itu Candra tidak berani lagi untuk menantang orang
lain agar mau balapan dengannya.
Pengarang : Abad Ashari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar