Rabu, 23 April 2014

Cerpen: Cinta Terlambat Datang



Cinta Terlambat Datang
            Andi menoleh ke belakang, tampak gadis yang membuat senyumnya mengembang. Andi kembali menghadap ke depan karena masih ada Pak Yudi yang sedang mengajar. Ketika ada kesempatan Andi menoleh lagi ke belakang dan memandangi gadis yang sama.
            Sejak kelas 1 SMP Andi menyukai gadis itu, gadis yang lembut, manis dan pintar. Tapi Andi belum berani mengatakannya karena Andi tidak begitu akrab dengannya. Sekarang Andi sudah menginjak kelas 3 SMP, berarti dua tahun sudah Andi memendam perasaannya pada gadis itu.
“Andi!” panggil Pak Yudi yang membuat Andi refleks membalikkan badan dan kembali mengadap ke depan.
Kamu menghadap ke belakang sedang memandangi Arsa, ya?” tanya pak Yudi yang membuat seluruh teman Andi bersorak “ciieeee”.

Ti..tidak pak.” Jawab Andi gugup.                              
            Pak Yudi kembali mengajar, Andi malu sekali pada Arsa, ya karena memang Arsa yang Andi pandangi sejak tadi.
Dari tadi kamu memang menoleh ke belakang, siapa yang kamu lihat?” tanya Firda teman sebangku sekaligus sahabatku.
Hmmm.... Arsa.” Jawab Andi singkat.
Oh, masih tetep Arsa.” Kata Firda kemudian.
            Karena Andi kelas Unggulan, sejak kelas 1 SMP tidak pernah pindah standart dan tetap kelas unggulan. Jadi Andi selalu satu kelas dengan Arsa, Andi  benar-benar beruntung.
“Andi!” panggil Firda yang membuat Andi tersadar dari lamunannya.
Apa?”
Sekarang kita sudah kelas 3, sebentar lagi kita lulus, kalau kamu tidak cepat bilang ke Arsa tentang perasaan kamu ke dia, mau kapan lagi?” tanya Firda.
Hmmm...aku belum tahu sampai kapan aku memendam perasaanku ke dia.” Jawab Andi.
Ayo lah, bro! Hold your self, get it!” kata Firda menyemangati Andi.
Oke lah, nanti saja difikirin.” Jawab Andi.
            Dari hari ke hari, Andi semakin risau. Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Ia memandang lagi Arsa yang tetap duduk di belakangnya, hingga Arsa sadar ada yang meperhatikannya.
Ada apa, Andi?” tanya Arsa lembut.
Eh itu, aku belum dapat kelompok membuat mading. Kamu mau enggak satu kelompok denganku? Nanti masalah cat dan sterofom biar aku yang cari.” Tanya Andi.
Kelompoknya kan terdiri dari tiga orang, gimana kalau Desi saja member ketiganya?”
Boleh kok, iya enggak Si?” tanya Andi pada Desi yang duduk di samping Arsa.
Oke, deh!” jawab Desi.
            Waktu untuk membuat mading telah tiba, lokasinya di rumah Desi. Karena rumah Andi dan Arsa tidak terlalu jauh, Andi menjemput Arsa ke rumah Desi. Andi mencari kesempatan untuk menyatakan perasaannya pada Arsa, ketika melewati sebuah taman kota, Andi mengajak Arsa mampir sebentar.
Mau ngapain kita disini? lebih baik cepetan ke rumah Desi.” Tanya Arsa.
“Arsa dengerin aku sebentar, ada yang mau aku omongin ke kamu.” Kata Andi.
Apa?”
Sebenarnya sejak kelas1 SMP aku suka sama kamu.” Andi menarik nafas dan melanjutkan kata-katanya.
Aku tulus suka sama kamu, kamu mau enggak jadi pacarku?” tanya Andi, kemudian dia menarik nafas dan menghembuskannya, kini ia merasa lega.
Raut wajah Arsa berubah, tidak seperti harapan Andi.
Maaf, Andi.” Kata Arsa.
Kenapa?” tanya Andi.
Seharusnya bukan aku orangnya, aku sudah punya seseorang.” Jawab Arsa.
Andi merasa putus asa, ia menyesal karena terlambat untuk menyatakan perasaannya ke Arsa.
Kita berteman saja ya, Andi?” tanya Arsa.
Siapa seseorang itu?” tanya Andi tidak sabar.
“Iyan, dia orangnya.” Jawab Arsa.
Andi menghela nafas, kemudian ia kembali melanjutan perjalanannya bersama Arsa ke rumah Desi. Saat mengerjakan mading, Andi tampak tidak berkonsentrasi, beberapa kali ia melakukan kesalahan.
“Andi, yang bener kalau ngerjain!” kata Desi.
I..iya” kata Andi.
Enggak apa-apa kok Andi, kamu kelihatannya kurang sehat. Kamu segera pulang saja” kata Arsa. Andi setuju, ia memutuskan untuk cepat kembali ke rumahnya.
            Beberapa hari kemudian, Andi sudah mulai baikan dan bersikap biasa saja kepada Arsa. Walaupun ia masih menyukai Arsa.
            Saat istirahat sekolah, tidak sengaja Andi yang lewat di depan kelas Iyan, melihat Iyan duduk bersama gadis lain dan mengobrol dengan akrab sambil berpegangan tangan. Amarah Andi memuncak, ia kembali ke kelasnya untuk mengatakannya kepada Arsa.
“Arsa, aku lihat sendiri. Iyan duduk berdua dengan seorang gadis, ngobrol sambil berpegangan tangan, kamu harus kesana!” kata Andi sambil menyeret Arsa menuju kelas Iyan.
Dan sial bagi Andi karena Iyan sekarang duduk sendiri, tidak ada gadis yang tadi di sampingnya.
Mana?” tanya Arsa.
Tadi ada seorang gadis di sampingnya!” kata Andi.
“Sudahlah, Andi. Kenyataannya memang tidak ada gadis yang kamu ceritakan di samping Iyan. Aku benci sama kamu” Kata Arsa sambil berlalu meninggalkan Andi.
Tadi kan....” kata Andi sambil mengingat kejadian tadi.
Andi membuntuti Arsa yang sedang berjalan menuju perpustakaan.
Aku enggak salah lihat, benar dia bersama seorang gadis.” Kata Andi.
Enggak mungkin Iyan begitu, dia sayang banget sama aku. Sudahlah Andi, semakin kamu ngotot semakin aku benci sama kamu!” kata Arsa, ia mempercepat langkahnya. Andi kembali putus asa, dia tidak tahu lagi harus meyakinkan Arsa bagaimana lagi.
            Liburan akhir pekan Andi dan Firda pergi ke pantai, udara sore sangat terasa rileks, Andi ingin meringankan bebannya soal Arsa. Tapi semua itu terlupakan saat Andi melihat Iyan bersama gadis yang berbeda dari gadis yang ia lihat di kelas Iyan, mereka ngobrol dengan akrab dan berpegangan tangan.
Ini enggak bisa di biarin!”kata Andi.
Ada apa?” tanya Firda.
Lihat sendiri si brengsek itu, pacar gadis yang sangat aku sayangi menghianati gadis yang aku sayangi.” Jawab Andi.
Lalu kamu mau apa?” tanya Firda.
Andi mengeluarkan handphone dari sakunya, kemudian ia mengambil gambar Iyan bersama gadis itu. Andi mengirim MMS ke Arsa yang berisi foto Iyan dan selingkuhannya serta sebuah memo pendek.
Sekarang aku pergi dulu!” kata Andi.
Mau kemana? Kita baru aja nyampek.” Tanya Firda.
Mau ke rumah Arsa, aku pengen lihat reaksi dia melihat laki-laki yang di belanya benar-benar selingkuh.” Jawab Andi.
Jangan, di sini saja, aku punya firasat buruk!” kata Firda, dia tidak tahu mengapa ia berperasaan buruk apabila Andi pergi.
Aku pergi dulu!” kata Andi, dengan cepat ia menyalakan motornya dan melaju dengan sekencang mungkin tanpa memperdulikan perkataan Firda.
            Jalanan cukup ramai, jika Andi tidak waspada ia bisa kecelakaan. Andi melihat Arsa yang berdiri di depan pertokoan, konsentrasinya buyar dan BRAAK!!!
Hampir semua mata memandang anak muda yang tersungkur di depan kepala mobil, kepalanya bersimbah darah, dan motornya hancur seketika. Arsa yang melihat kejadian itu, yakin tidak yakin bahwa yang kecelakaan adalah Andi, ia berlari menuju gerombolan orang yang menyaksikan keadaan orang yang kecelakaan itu lebih dekat.
            Arsa memandang sejenak korban kecelakaan tersebut, kemudian ia ternganga karena korban kecelakaan tersebut adalah Andi.
Handphone Arsa bernyanyi, Arsa mengeluarkan handphone dari tasnya. Ada MMS masuk, Arsa membuka MMS yang ternyata dari Andi. Mata Arsa terbelalak dengan foto yang ia lihat, Iyan bersama gadis lain, benar yang dikatakan Andi, Iyan memang selingkuh. Arsa membaca memo di bawah foto tersebut, Arsa aku sayang kamu. Arsa tidak bisa mengendalikan diri lagi, dia mendekatke tubuh Andi dan memegang tangan Andi dengan air mata yang sudah tidak terbendung lagi.
Arsa teringat sesuatu, kemudia ia mendekatkan bibirnya ke telinga Andi, ia membisikkan sesuatu, “Andi, kamu menyadarkan aku. Aku juga sayang padamu!”. Sejak saat itulah Arsa sadar bahwa Andi benar-benar menyayanginya sepenuh hati, namun itu sudah terlambat karena sekarang Andi telah pergi meninggalkannya dan tidak akan pernah kembali lagi.

Pengarang                : Shabrina Bidari
Penyunting Akhir   : Abad Ashari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar